Jumat, 21 Januari 2011

Langit dan Bumi, Analogi Perbedaan atau . . .


Selama ini mungkin apa yang kita pikirkan tentang langit dan bumi merupakan suatu hal yang berbeda dan sangat bertentangan satu sama lain. Hal tersebut itulah yang sebenernya membuat analogi ini dijadikan suatu dasar dalam hubungan teman dengan pacarnya, dan meng-sugesti ku untuk manjadikan analogi ini sebagai dasar dalam membanding-bandingkan kekurangan-kelebihan antara pacar teman ku itu dengan diriku sendiri *bisa nebak gag maksudnya apa ?? :P*.
Setelah mengalami beberapa kali ke-labil-an dan ke-random-an yang terus terusan ku update lewat account Facebook dengan maksud agar teman ku ini dapat membaca *tapi sia-sia sih, dia jarang online L*, akhirnya ada juga yang menegur dan mengingatkan. “Nduk, langit dan bumi  itu ditakdirkan berdampingan loh”, begitulah comment dari salah satu teman *bukan teman yang ku maksud diatas sebelumnya* di salah satu conclusion dari segala ke-labil-an yang ku update. Comment dari salah satu teman ku itu ternyata malah membuat ku semakin ramdom. Jika memang langit dan bumi itu ditakdiran berdampingan, maka sebenarnya segala perbedaan yang dikeluhkan teman ku mengenai hubungan nya dengan pacar nya adalah suatu pemersatu jika diantara mereka lebih saling memahami dan mengerti satu sama lain. Hal tersebut malah membuat ku random karena jika maksud comment dari salah satu temanku itu seperti yang aku maksud diatas, maka aku memang tidak punya kesempatan.
Jika analogi ini digunakan untuk menganalogikan perbedaan ku dengan pacar teman ku itu, aku masih mencari maksud yang pas. Yang pasti dalam analogi ini aku akan memjadi sang bumi dan dia adalah sang langit yang menurut ku maha sempurna. Entah aku ini bermaksud merendah, atau memang kekurangan ku lebih banyak yang membuat ku lebih comfort mengibaratkan diriku sebagai bumi.  Namun di sela-sela ke-labil-an ku mengenai langit dan bumi ini, aku banyak menemukan makna dibalik analogi ini.

"Tuhan menyebutkan dalam Quran dengan kata Langit (Samawat) dan Bumi (Ardli). Bumi adalah tempat yang kita tinggali, sedangkan langit adalah semua benda di luar bumi (matahari, bintang, dan bulan) yang tersusun menurut perhitungan Maha Teliti. Benda benda langit itu membentuk konstelasi sempurna yang memberikan pengaruh terhadap bumi sedemikian rupa sehingga permukaan bumi bisa menjadi tempat berlangsungnya kehidupan."
"Dengan komposisi atmosfir tertentu fluktuasi suhu di permukaan bumi menjadi tidak terlalu ekstrim sebagaimana di planet lain. Hal ini mempengaruhi ketersediaan air, oksigen dan derajat kehangatan yang cukup, yang diperlukan tumbuhan dan hewan untuk dapat bertahan hidup. Bisa di katakan sebagai sebuah sistem penyangga kehidupan yang sempurna."

-       Langit dan Bumi membentuk suatu korelasi hubungan satu sama lain agar berlansungnya suatu sistem -
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara  keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur''an, 21:30)

-          Bahwasannya memang benar langit dan bumi memang ditakdirkan saling berdampingan, dan memang tidak salah jika suatu saat langit dan bumi kelak bersatu, karena mereka memang sesuatu yang padu  -


Bumi berkata kepada langit, “Hai langit, aku lebih baik dari kamu kerana Allah S.W.T. telah menghiaskan aku dengan berbagai-bagai negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-tanaman, beberapa gunung dan lain-lain.” Berkata langit, “Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu kerana matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, ‘arasy, kursi dan syurga ada padaku.” Berkata bumi, “Hai langit, ditempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik).”

Bumi berkata lagi, “Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari’atnya juga di tempatku.” Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia mengadap Allah S.W.T dengan berkata, “Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab soalan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau dinaikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga.”

Lalu Allah S.W.T mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah S.W.T memberi wahyu kepada Jibrail A.S pada malam tanggal 27 Rejab, “Janganlah engkau (Jibrail) bertasbih pada malam ini dan engkau ‘Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini.” Jibrail A.S. bertanya, ” Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?” Allah S.W.T berfirman, maksudnya, “Tidak, wahai Jibrail. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu.”

-       Sesungguhnya pada awalnya bumi lah yang menyombongkan diri atas kelebihannya dimata langit. Namun kesombongan bumi tersebut melatarbelakangi terjadinya peristiwa perjalanan Rasulullah dan buraq ke langit yang di kenal dengan Israj Miraj. Setelah peristiwa itu langit dan bumi pun sama. Sama sama istimewanya, langit dengan Israj Miraj Rasulullah dan bumi sebagai tempat Rasulullah menjalankan syariatnya –


 “Cuma pada kebenaran kita bisa berharap. Kebenaran hanya di langit. Dunia hanya palsu.”

“Kita di bumi. Antara bumi dan langit sangat jauh. Sejauh itukah kita dari kebenaran ?”

“Dari bumi kita melihat langit. Dengan pengetahuan kita mampu menyaksikan bagaimana yang kita sebut langit.”

“Tampak begitu berbeda dengan penglihatan dari bumi. Apakah kebenaran yang kita lihat adalah fatamorgana ?”

“Dengan memahami langit kita mampu menyaksikan bagaimana yang kita sebut kebenaran. Lalu apakah langit masih biru ?”

“Langit, sungguh, tak lagi biru. Sulit untuk membuatmu tahu dan menerima itu. Manusia keras membatu” (Soe Hok Gie)

*Mungkin secara langsung aku kurang mengerti kata kata diatas, tapi ada yang bisa sedikit aku tangkap dari sini. *
-          Langit di ibiratkan Tuhan. Langit tetaplah Dia yang maha segalanya. Ia tak lagi biru bukan karena Ia berubah, tapi karena manusia nya yang tak lagi sama, memandang hanya dengan presepsi dan satu sudut pandang saja. Manusia yang memandang langit lewat perantara kabut kemunafikan -

Apa yang aku tulis diatas aku dapatkan selama masa ke-labil-an ku akan hakikat langit dan bumi sebenarnya. Sudah saatnya mindset kita dibalik agar tidak selalu menganalogikan langit dan bumi sebagai suatu kesenjangan. Beda bukan berarti harus bermusuhan atau saling menyombongkan atau merendahkan. Karena perbedaan merupakan warna-warni kehidupan. Karena Langit dan bumi adalah dua perbedaan signifikan tapi dua yang tak bisa dipisahkan. Semoga kita bisa meneladani sifat mulia antara keagungan langit dan kesabaran bumi sehingga mampu menggapai langit namun tetap menapak bumi.

Mungkin sedikit dari ku

Memandang langit, serasa keagungan bersarang di hati mengurai makna yang tertumpah di hamparan bumi. Langit tidak pernah menyatu dengan bumi, namun keduanya sangat indah dalam perpaduan alam semesta. Langit begitu bebas memandang, sedangkan bumi begitu terbuka memberikan tempat semua mahluk.”

Betapa hal yang luar biasa jika dalam kehidupan ini, kita mampu “melihat seperti langit, dan berbuat seperti bumi“. Melihat dengan sepenuh hati tanpa memandang perbedaan terang dan gelap, seperti langit yang memberikan ruang bagi semua pernak-pernik semesta. Berbuat seperti bumi yang memberikan kesejukan semua mahluk untuk tetap tinggal mencari kehidupan.

0 Comment Here:

Posting Komentar